Biografi K.H Abdul Wahid Hasyim

 Biografi K.H Abdul Wahid Hasyim




K.H. Abdul Wahid Hasyim, lahir pada 1 juni 1914 Jombang, Jawa Timur. Ia merupakan putra dari K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU).K.H. Abdul Wahid Hasyim adalah seorang pahlawan nasional Indonesia dan tokoh penting dalam perumusan dasar negara. Ia juga merupakan Menteri Agama pertama di era orde lama dan putra dari pendiri Nahdlatul Ulama, Hasyim Asy'ari.

Pada usia 18, sekitar tahun 1932-1933, Wahid Hasyim pergi menunaikan ibadah haji sekaligus memperdalam ilmu agama. Sekembalinya dari tanah suci, dia mulai menyalurkan ilmunya di pesantren sang ayah. Atas persetujuan KH Hasyim Asy'ari juga dia mendirikan Madrasah Nizhamiyah (1934), yang memiliki persentase pengajaran pengetahuan umum sebanyak 70 persen.

Setelah menjadi pengajar, kiprah Wahid Hasyim semakin meluas. Pada 1938, dirinya mulai aktif di organisasi NU. Dia merintis perjuangannya di NU mulai dari posisi paling bawah yakni sebagai sekretaris NU ranting Cukir. Tidak lama kemudian, dia dipercaya menjadi ketua NU Cabang Jombang.

Dari situ, Abdul Wahid Hasyim menunjukkan kecenderungan dalam bidang politik untuk memperjuangkan agama Islam. Tak tanggung-tanggung, dia berkomitmen tinggi dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia


Abdul Wahid Hasyim tidak menempuh pendidikan sekolah dasar di sekolah yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda, yaitu Hollandsch-Inlandsche School. Ini terjadi karena ayahnya yaitu Hasyim Asy'ari, dikenal sebagai tokoh anti-sekolah yang didirikan oleh penjajah.

Sejak kecil, Abdul Wahid Hasyim belajar di Madrasah Salafiyah di Pondok Pesantren Tebuireng. Ia telah berhasil mengkhatamkan Al Quran di usia 7 tahun. Kemudian setelah lulus dari madrasah, ia diminta oleh ayahnya untuk membantu mengajar adik-adik dan santri-santri pesantren seusianya.

Pada usia 13 tahun, ia belajar pendidikan Islam di Pondok Pesantren Siwalan Panji di Kabupaten Sidoarjo. Namun, ia hanya dapat bertahan selama sebulan. Ia kemudian pindah belajar ke Pondok Pesantren Lirboyo. Di pondok pesantren ini pun, ia hanya bertahan dalam waktu yang singkat. Akhirnya, pulang untuk belajar mandiri di rumahnya sendiri. Abdul Wahid Hasyim mempelajari bahasa Arab hingga mahir. Setelahnya ia mempelajari alfabet Latin sekaligus belajar bahasa Belanda dan bahasa Inggris.

Pada tahun 1932 ia belajar di Makkah bersama sepupunya, Muchammad Ilyas, ialah yang mengajari Wahid dalam belajar Bahasa Arab hingga ia fasih berbahasa Arab. Sehingga ia menguasai tiga bahasa asing, yakni Arab, Inggris, dan Belanda.

Wahid Hasyim wafat akibat kecelakaan mobil di jalan yang menghubungkan Kota Cimahi Cimindi (sebelumnya Bandung) dan Kota Bandung. Ia wafat pada tanggal 19 April 1953 di usia 39 tahun. Saat itu, ia sedang dalam perjalanan untuk mengahadiri rapat Nahdlatul Ulama di Kabupaten Sumedang.KH. Abdul Wahid Hasyim dikenang sebagai tokoh penting dalam sejarah Indonesia, terutama perannya dalam perumusan dasar negara dan pendirian negara Indonesia. Ia adalah anggota BPUPKI yang merumuskan dasar negara dan konstitusi, serta menandatangani Piagam Jakarta. Selain itu, ia juga dikenal sebagai Menteri Agama RI yang menjabat dalam beberapa periode kabinet.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Autobiografi awulia ramadani